Kamis, 24 Desember 2009

Senin, 23 November 2009

"BERMAIN"
















DEFINISI
Bermain ialah kegiatan yang dilakukan berulang-ulang demi kesenangan, tanpa ada tujuan atau sasaran yang hendak dicapai. Jadi, apa pun kegiatannya, bila dilakukan dengan senang bisa dikatakan bermain. Pun bila sebenarnya bekerja, misal, membantu ibu memotong sayur di dapur, tapi karena dilakukan dengan senang dan atas inisiatif si anak, maka pekerjaan itu baginya dinamakan bermain. Begitu pula bila inisiatif bermain atas ajakan orangtua, tetap dikatakan bermain, asalkan anak senang melakukannya. Sebaliknya, jika anak melakukan perbuatan yang kita anggap bermain, tapi dengan terpaksa atau karena dipaksa, maka tak bisa dikatakan bermain.
Itu sebab, bermain dikatakan sebagai kegiatan inklusif dan inheren, yaitu muncul atas motivasi dari dalam diri dan tak perlu diajarkan lagi. Soalnya, sejak bayi memang ada kebutuhan bermain. Namun begitu, suatu kegiatan baru dikatakan bermain bila dilakukan setelah usia 3 bulan. Sebelum usia 3 bulan, kegiatannya lebih banyak menggambarkan refleksnya. Setelah usia 3 bulan, kegiatannya didasarkan dorongan untuk mencapai kesenangan.
Definisi bermain berlaku sampai tua. Hanya, orang dewasa menyebutnya bukan bermain, melainkan berekreasi. Sementara bermain untuk anak usia sekolah bukan atas dorongan semata, tapi juga disertai rasa ingin menang. Jadi, belum pantas bila anak balita dipacu untuk menang semisal mengikuti lomba-lomba yang menekankan kesempurnaan hasil. Hal ini sama saja dengan merampas hak anak.





MANFAAT BERMAIN
Manfaat bermain amat banyak dan selalu menyangkut tiga ranah yaitu:
Fisik-Motorik
Anak akan terlatih motorik kasar-halusnya. Dengan bergerak, ia akan memiliki otot-otot tubuh yang terbentuk secara baik dan lebih sehat.
Sosial-Emosional
Anak merasa senang karena ada teman bermainnya. Di tahun-tahun pertama kehidupan, orangtua merupakan teman bermain yang utama bagi anak. Ini membuatnya merasa disayang dan ada kelekatan dengan orangtua, selain belajar komunikasi dua arah.
Kognisi
(Berhubungan dengan berpikir/kecerdasan) Anak belajar mengenal atau punya pengalaman mengenai objek- objek tertentu seperti: benda dengan permukaan kasar-halus, rasa asam, manis, dan asin. Ia pun belajar perbendaharaan kata, bahasa, dan berkomunikasi timbal balik. Makin usia bertambah, ia pun tertarik memperhatikan sesuatu, memusatkan perhatian dan mengamati, misal, kala diperlihatkan buku-buku bergambar.
Pada anak-anak yang mengalami gangguan seperti autisme atau hiperaktif, lewat media bermain juga dilatih berkonsentrasi, mengenal warna atau bentuk, dan sebagainya. Anak autis juga dilatih untuk bisa melakukan kontak dengan orang lain; sedangkan anak hiperaktif atau gangguan atensi dilatih untuk memperhatikan dengan lebih sabar dan mau mencoba menyelesaikan tugasnya.





HARUS SEIMBANG
Kita hendaknya tak cuma mengembangkan aspek tertentu. Kalau tidak, misal, hanya aspek kognisinya yang distimulasi sejak dini agar cerdas, bisa-bisa anak jenuh. Berdasarkan studi banding di Amerika Serikat, dilakukan penelitian longitudinal terhadap anak-anak TK antara kelompok yang diberikan program 3 M (membaca, menulis, menghitung) dengan yang tidak, ternyata 10 tahun kemudian kemampuan akademis mereka sama. Bahkan, anak yang dirangsang terlalu dini, akhirnya mengalami gangguan-gangguan emosi, tak mau sekolah, berperilaku menyimpang, atau memberontak.
Seimbangkan juga kegiatan fisik dengan kegiatan di tempat seperti main lego, meronce, atau menggambar. Meski si anak tipe aktif yang tak suka permainan diam di tempat atau sebaliknya, kita tetap harus menyeimbangkannya. Jadi, anak harus punya kesempatan bermain yang melibatkan fisiknya, selain bermain yang perlu ketekunan. Dengan begitu, wawasannya jadi luas. Bila ia hanya bermain secara fisik terus, anak kurang mendapat kesempatan memperoleh berbagai pengetahuan dan kurang terlatih ketekunan serta konsentrasinya.
Sebaliknya, jika hanya bermain di tempat, tapi kurang kegiatan fisik, ia jadi kurang terampil pada kegiatan luar yang akan berdampak pada sosialisasi dengan teman-temannya kelak, juga mempengaruhi kepercayaan dirinya. Jadi, bila ia keasyikan bermain di tempat, dorong ia bermain di luar rumah (outdoor). Ajak ia bermain ayunan, meniti di atas balok, bermain bola, atau melompat. Selain melatih ketrampilan fisiknya, bermain di luar memberinya kesempatan bertemu teman sebayanya. Ia pun bisa bebas mengekspresikan emosinya: bebas berteriak, jingkrak-jingkrak. Dengan demikian, selain fisik motoriknya berkembang, juga emosi-sosialnya.





TAK PERLU MAHAL
Bermain sambil belajar bisa dilakukan melalui aktivitas:
Kegiatan fisik.
Maksudnya merangkak, berjalan, berayun, atau ciluk-ba. Dalam merangkak, misal, selain melatih motorik kasarnya, juga mengaktifkan otak kanan dan kirinya. Jadi, saat anak merangkak, kita bisa menemaninya (ikut merangkak) semisal "berlomba" sampai tujuan tertentu. Ketika ia mulai belajar berjalan dengan cara merambat, tirukan dan ajaklah ia "berlomba". Hingga, ia terdorong melatih motorik kasarnya, selain juga mendekatkan hubungan dengan ayah-ibu.
Memanfaatkan benda-benda yang ada.
Anak bisa bereksplorasi dengan barang-barang rumah tangga, semacam centong kayu dengan panci sebagai alat musik, belajar memutar atau memasukkan wadah dengan tutupnya, atau bermain dengan cermin, dan lainnya.
Menggunakan alat permainan edukatif.
Alat permainan edukatif adalah alat yang sengaja dirancang untuk tujuan tertentu. Syaratnya:
Dapat digunakan dalam berbagai cara atau dapat dibuat dalam macam-macam bentuk, dengan macam-macam manfaat dan tujuan. Misal, mainan balok-balok atau meronce, yang bisa disusun sesuai kehendak, apakah diurutkan dari yang besar ke kecil ataukah berdasarkan warna/bentuk tertentu. Selain melatih motorik halus, juga pengenalan warna, bentuk, dan ukuran. Lilin mainan atau playdough juga termasuk mainan edukatif karena bisa mendorong imajinasi anak dan melatih jari- jemarinya, meski sebelumnya kita harus memberi contoh bagaimana menggunakannya. Kalau tidak, anak tak tahu mau diapakan karena permainan ini tak terstruktur.
Ditujukan untuk anak usia di atas 1,5 tahun dan berfungsi mengembangkan berbagai aspek perkembangan, baik fisik, emosi, sosial, atensi, serta kognisi, entah berupa daya nalar, bahasa, konsep dasar, warna, bentuk, dan lainnya. Anak usia 10 bulan juga sudah bisa dikenalkan dengan puzzle tunggal, dikenalkan pada warna dan binatang.
Aman bagi anak, baik dari cat, warna, serta bahan dasarnya yang rapi atau tak tajam. Jadi, perhatikan kalau-kalau catnya mudah terkelupas atau permukaannya runcing.
Membuat anak terlibat secara aktif atau melakukan sesuatu. Beda dengan mendengarkan cerita atau menonton TV yang hanya pasif mendengarkan dan melihat di mana anak tak aktif melakukan sesuatu dengan intensif.
Sifatnya konstruktif. Jadi, ada sesuatu yang dihasilkan dari apa yang ia buat, entah bermain lego, balok, atau menggambar, misal.
Jika alat permainan edukatif tak bisa terbeli karena keterbatasan ekonomi, kita bisa berkreasi dengan membuatnya dari bahan-bahan yang ada di sekitar rumah. Misal, bagi yang tinggal di dekat pantai bisa menggunakan kumpulan kerang-kerang aneka bentuk dan ukuran yang telah dicuci bersih. Anak bisa diminta menyusun dari ukuran yang besar ke kecil atau dibuat bentuk tertentu, dironce.
Jadi, asalkan orangtua kreatif, sebenarnya mainan tak perlu mahal, tapi bisa dibuat sendiri. Misal, untuk melatih indera pendengaran, isilah botol bekas dari bahan kaleng dengan sesuatu agar berbunyi kala dikocok; untuk mengenalkan warna, bisa diambil berbagai jenis bunga atau buah. Kulit jeruk atau kotak korek api bisa dibuat mobil- mobilan. Pun bila ingin punya puzzle, kita bisa membuatnya dari potongan gambar di majalah yang ditempelkan ke kertas karton lantas dipotong-potong membentuk puzzle. Tentu tinggal menyesuaikan dengan usia anak; untuk usia lebih dini, dibuat puzzle tunggal, misal, gambar gajah utuh atau bunga mawar utuh; untuk tahapan selanjutnya, puzzle bisa lebih rumit lagi.





Sumber:
 Nakita: Mainan dan Permainan, , halaman 4 - 5, PT Sarana Kinasih Satya Sejati, Jakarta, 2001.





kegiatan murid PIKA RIMBACA














Kegiatan pentas seni murid PIKA RIMBACA di BSD Junction
Dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional PIKA RIMBACA bekerjasama dengan BSD Junction menyelenggarakan kegiatan pentas seni dengan aneka perlombaan.
Kegiatan ini diikuti oleh 1000 peserta, baik dr kategori usia batita, balita dan atita ^_^

Senin, 16 November 2009
















PIKA RIMBACA®





Banyak cara menjadi Business Owner. Salah satunya, mengambil bisnis yang sudah memiliki goodwill, track record dan sistem dan metode yang baik. Dengan nilai investasi yang sangat terjangkau segeralah Bergabung dalam kenyamanan usaha jasa pendidikan dan bersiaplah menjadi Business Owner PIKA RIMBACA®. Dibuka kesempatan bermitra dengan PIKA RIMBACA® melalui system franchise (waralaba) di seluruh kota di Indonesia :
Pengembangan Ilmu dan Keterampilan Rumah bimbingan MINAT Baca dan belajar
Prospek usaha sangat cerah karena pendidikan merupakan kebutuhan dasar setiap orang.
Segment pasar sangat luas : Anak usia 1,5 tahun - 6 tahun
Pengelolaan relatif mudah
Investasi cepat kembali

Informasi Franchise, segera hubungi kami di :
PIKA RIMBACA® Jl. Kenari 3 Blok A33 No. 1





Tangerang Selatan





Dewi : 08179952929





Ninik : 081807467422

Minggu, 08 November 2009

PIKA RIMBACA®



PIKA RIMBACA® adalah sebuah institusi pendidikan yang berada dibawah naungan “Yayasan Kepompong PIKA “ yang kegiatan utamanya bertujuan untuk mengembangkan ilmu dan keterampilan anak sejak usia dini melalui keteladanan dan cinta kasih sehingga menjadikan anak bahagia, memiliki MINAT belajar, mandiri, kreatif dan cerdas.

PIKA RIMBACA

PIKA RIMBACA EIEAO® Adalah sebuah instistusi pendidikan yang berada dibawah naungan Yayasan Kepompong PIKA yang kegiatan utamanya bertujuan untuk mengembangkan ilmu dan keterampilan anak melalui keteladanan dan cinta kasih sehingga menjadikan anak bahagia, memiliki MINAT belajar, mandiri, kreatif dan cerdas.

VISI PIKA RIMBACA®

Membentuk generasi bangsa yang memiliki MINAT belajar, cerdas,bahagia dan kreatif guna terwujudnya bangsa yang mandiri .

MISI PIKA RIMBACA®

Ikut berperan serta secara aktif dalam mensukseskan kebijakan pemerintah guna mencerdaskan bangsa.
Membentuk anak yang beriman,memiliki MINAT belajar,cerdas,bahagia , kreatif dan mandiri.
Meningkatkan mutu pendidikan non formal secara berkesinambungan dalam membentuk anak memiliki MINAT belajar secara afektif, kognitif dan psikomotorik.

METODE BELAJAR PIKA RIMBACA®

FUN & REWARDING : Seluruh proses kegiatan belajar mengajar dikelas selalu dilakukan dalam suasana yang menyenangkan
CHILD-CENTERED : Seluruh proses kegiatan belajar berpusat pada murid sehingga pengetahuan murid menjadi lebih luas dan beragam
EASY STEP: Seluruh proses kegiatan belajar diberikan secara bertahap
MULTIPLE INTELLIGENCE : Seluruh proses kegiatan belajar berorientasi pada keanekaragaman intelegensi sehingga mampu menciptakan kreatifitas anak.

PENGAJAR

Para tenaga pengajar dan pembimbing PIKA RIMBACA® adalah praktisi pendidikan yang berpengalaman di bidangnya masing-masing dan memiliki komitmen yang tinggi dalam dunia pendidikan anak.

KELOMPOK USIA

PIKA RIMBACA Batita Usia 1,5 – 2,5 Tahun
PIKA RIMBACA Balita Usia 3 – 4,5 Tahun
PIKA RIMBACA Alita Usia 5 – 6 Tahun

KAPASITAS KELAS

Maksimal 1 guru menangani 4 murid di setiap kelasnya sehingga menjadikan seluruh proses kegiatan belajar mengajar berlangsung intensif serta dapat dilakukan pendekatan individual kepada setiap anak

3 TAHAP ANAK BELAJAR BERHITUNG


Ada tiga tahap yang harus dilalui anak dalam belajar berhitung, yaitu :


  1. Tahap Manipulative Mode yaitu anak belajar berhitung dengan menggunakan manipulatif atau objek nyata yang dapat mereka pegang dan sentuh.Benda-benda tersebut bisa berbentuk apa saja yang dekat dengan keseharian mereka, seperti permen, bola, balok, sendok ataupun mainan mobil-mobilan. Setelah menggunakan benda atau objek nyata , anak bisa mulai melanjutkan berhitung dengan menggunakan gambar dari benda tersebut.

  2. Tahap Mentl Image Mode yaitu Di tahap ini anak tidak perlu lagi melihat atau menyentuh benda-benda yang ingin dihitung. unutk menjawab soal matematika anak hanya perlu membayangkan benda-benda tersebut didalam kepalanya.

  3. Tahap Abstract Mode yaitu Untuk tahap yang terakhir ini anak sudah mampu menyelesaikan soal-soal matematika tanpa perlu membayangkan sama sekali benda-benda yang akan dihitung. Tapi tahap ini baru bisa dilalui jika anak sudah mampu menjalankan tahap 1 dan 2.

CIRI-CIRI ANAK SIAP MEMULAI "CALISTUNG"


Calistung atau dikenal dengan Baca, Tulis dan berhitung sudah bisa diterapkan untuk anak usia dini sepanjang diperkenalkan dan diberikan melalui metode yang tepat yaitu metode " bermain sambil belajar " tidak boleh ada paksaan sedikitpun terhadap anak.

Ada beberapa ciri yang menandakan bahwa Anak sudah siap untuk memulai Calistung yaitu :

1. Ciri Siap Membaca :

a. Anak menunjukkan ketertarikan pada buku dan melihat-lihat isinya

b. Anak sudah lancar membaca

c. Konsentrasi anak sudah baik

d. Sudah memiliki kemampuan koordinasi antara kemampuan visual dan motorik halus

e. Sudah bisa menangkap objek dan memvisualisaikannya lewat gambar

f. Sudah bisa membedakan spasial seperti atas-bawah, kiri-kanan, besar-kecil, depan-belakang


2. Siap Menulis :

a. Anak mampu mengenali lambang

b. Kemampuan motorik halus sudah berkembang dengan baik


3. Siap Berhitung:

a. Mengerti konsep dasar berhitung penambahan dan pengurangan sederhana

b. Mengenal konsep bilangan dengan simbol angka serta makna urutannya, misal 2 harus lebih dulu daripada 5


Bila tanda-tanda sudah ada pada diri si kecil maka pelajaran calistung dapat diberikan. Caranya tentu dengan bermain yang menyenangkan. Karena dunia anak memang dunia bermain.

Rabu, 04 November 2009

BERSAMA KITA SUKSESKAN GERAKAN MENUMBUHKAN MINAT BACA SEJAK USIA DINI!!!!!!

Bersama Kita BISA !!!!!
Kemampuan membaca ( Reading Literacy ) anak-anak Indonesia masih sangat rendah dibandingkan dengan negara berkembang lainnya termasuk di Asia Tenggara . Penelitian mencatat bahwa peringkat Indonesia masih berada jauh dibawah negara Asia Tenggara lain, dengan nilai 51,7 setelah Filipina yang memperoleh nilai 52,6 dan Thailand dengan nilai 65,1 serta Singapura dengan nilai 74,0 dan Hongkong yang memperoleh nilai 75.5
Buruknya kemampuan membaca anak-anak kita sebagaimana data di atas berdampak pada kekurangmampuan mereka dalam penguasan bidang ilmu pengetahuan dan matematika. Hasil tes yang dilakukan oleh Trends in International Mathematies and Science Study (TIMSS) dalam tahun 2003 pada 50 negara di dunia terhadap para siswa kelas II SLTP, menunjukkan prestasi siswa-siswa Indonesia hanya mampu meraih peringkat ke 34 dalam kemampuan bidang matematika dengan nilai 411 di bawah nilai rata-rata internasional yang 467. Sedangkan hasil tes bidang ilmu pengetahuan mereka hanya mampu menduduki peringkat ke 36 dengan nilai 420 di bawah nilai rata-rata internasioal 474. Dibandingkan dengan anak-anak Malaysia mereka telah berhasil menduduki peringkat ke 10 dalam kemampuan bidang matematika yang memperoleh nilai 508 di atas nilai rata-rata internasional. Dan dalam bidang ilmu pengetahuan mereka menduduki peringkat ke 20 dengan nilai 510 di atas nilai rata-rata internasional. Dengan demikian tampak jelas bahwa kecerdasan bangsa kita sangat jauh ketinggalan di bawah negara-negara berkembang lainnya.
Kemampuan membaca yang buruk yang berdampak terhadap kecerdasan bangsa juga menyimpulkan bahwa Indeks manusia indonesia masih sangat rendah.
Hal ini tentu menimbulkan keprihatinan bagi kita semua...berangkat dari latar belakang itulah bermunculan lembaga2 baik bersifat resmi dan independen dengan tujuan yang sama untuk menumbuhkan MINAT Baca dan belajar Anak sejak usia dini.
Karena yang sudah terjadi tidak bisa diulang kembali, oleh karena itu kepada generasi penerus bangsa kita inilah bisa kita mulai kembali untuk menanamkan nilai gemar baca. Menumbuhkan MINAT Baca dan belajar harus segera dimulai sejak anak usia dini 2-6 tahun dengan tetap memeberikan sesuai dengan kebutuhan anak yaitu "bermain sambil belajar" karena masa ini adalah masa periode emas dimana anak mampu menyerap ilmu baru yang diberikan.
Mari selamatkan generasi penerus bangsa dengan ikut berperan serta dalam gerakan Menumbuhkan MINAT Baca dan belajar anak melalui wadah KEPOMPONG PIKA..........
Bersama kita pasti bisa mewujudkan generasi penerus bangsa yang memiliki MINAT Baca dan belajar serta mandiri dan berbudi pekerti luhur.